Protokol kesehatan ketat dan keterlibatan pecalang akan hindari klaster wisatawan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — “Bali sudah aman dikunjungi wisatawan,” demikian pikiran Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Suharso Monoarfa subur bincang-bincang virtual berpatam ‘Bali Bangkit’, beberapa bilamana lalu. Aman yang dimaksud adalah susunan komunitas hormat di golongan yang terlibat membentengi penyebaran Covid-19.
“Mereka punya pecalang (petugas keamanan adat), itu sistemnya komunitas. Jika ada yang terkena, mereka bisa antisipasi cepat,” katanya.
Selain komunitas hormat, selalu dia, fasilitas kesehatan di Pulau Dewata dinilai memadai, mengingat golongan ini merupakan destinasi mencariangin sudut pandangan. Alasan lain, protokol kesehatan di kalangan masyarakat Bali juga relatif segeh. Masyarakat memiliki kesadaran subur menggunakan masker, menggembala jarak hingga tersedianya fasilitas sanitasi tangan di sejumlah noktah.
“Fasilitas pariwisata di antaranya perhotelan dan restoran juga menerapkan protokol kesehatan. Jadi tidak usah khawatir, pencegahan dengan sistem komunitas yang kuat dengan sistem pecalang, kemudian masyarakatnya sendiri menerapkan kedisiplinan itu,” katanya.
Agaknya, pandangan Menteri PPN/Bappenas itu tulen dengan bahan bukti, penaka adanya pecalang di cacah Desa Adat Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, yang mengerjakan pengawasan protokol kesehatan kepada pengunjung pantai mulai-sejak masyarakat lokal, manakala “kran” pariwisata belum dibuka meninggalkan 31 Juli 2020.
“Sesuai arahan Bendesa (Kepala Desa Adat) Jimbaran dan Ketua Satgas Covid-19 Jimbaran, dalam pelaksanaan ‘normal baru’ ini, kami berharap perilaku masyarakat dapat tetap mengindahkan protokol kesehatan, dan kami juga terus melakukan pengawasan untuk itu,” ujar Koordinator Pecalang Desa Adat Jimbaran, I Nyoman Suwirya, di Badung, beberapa bilamana lalu.
Dalam pelaksanaan pengawasan, petugas pecalang didampingi komponen pengamanan lainnya, penaka TNI/Polri serta Linmas setempat, berbalik di cacah Pantai Jimbaran untuk memastikan pengunjung pantai telah menerapkan protokol kesehatan yang telah ditetapkan njenis upaya subur membentengi penyebaran pandemi Covid-19.
“Yang menjadi perhatian kami tentu saja masyarakat dan pengunjung pantai agar tetap mempergunakan masker, tetap mengatur dan menjaga jarak dan yang juga rajin mencuci tangan di tempat yang telah disediakan atau menggunakan cairan hand sanitizer,” katanya.
Mereka juga berbalik di cacah pantai serta di sejumlah pub dan pub ikan bakar yang ada di ucapan Pantai Jimbaran untuk mengerjakan sosialisasi dan menunjukkan pengunjung bersamaan dengan protokol kesehatan yang harus dilakukan menggunakan pengeras ocehan. Apabila ditemukan ada masyarakat maupun wisatawan yang belum mengenakan masker maupun bermufakat di suatu daratan, petugas juga akan langsung menghampiri dan memohon mereka untuk mengenakan masker dan menggembala jarak.
Fakta di aspek itu juga diikuti dengan struktur Pemerintah Provinsi Bali sendiri yang membuka “kran” pariwisata secara berdikit-dikit melalui Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 15243 Tahun 2020. Merujuk pada SE Gubernur Bali itu, pariwisata Bali meninggalkan dibuka untuk wisatawan Nusantara (wisatawan domestik) pada 31 Juli 2020 dan untuk wisatawan asing dibuka meninggalkan 11 September 2020.
Untuk mengunjungi Pulau Bali, wisatawan domestik juga harus menyiapkan hasil negatif tes gapah (rapid test) atau tes usap (swab test), dan mengisi formulir di aplikasi Love Bali. Selain penerapan protokol kesehatan, Gubernur juga memberi imbauan untuk wisatawan agar mengaktifkan Global Positioning System (GPS) pada telepon kiahli untuk pelindungan dan pengamanan pecah wisatawan.
Klaster Wisatawan
Meski wisatawan domestik (wisatawan Nusantara) hangat diperbolehkan berumbi ke Pulau Dewata meninggalkan 31 Juli 2020, sejumlah cacah mencariangin beres dibuka sebelum tanggal itu untuk wisatawan lokal mulai-sejak Bali sendiri. Misalnya, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti beres membuka putar lima destinasi/objek mencariangin di kabupaten setempat yang ditutup sejak 22 Maret 2020 akibat pandemi Covid-19, di antaranya Tanah Lot di Kediri dan Pura Ulundanu di cacah Danau Beratan, Bedugul.
Bupati Tabanan beroperasi, dibukanya destinasi mencariangin ini diharapkan eksper menggeliatkan putar perekonomian masyarakat di kabupaten Tabanan, subur Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) atau Tatanan Kehidupan Era Baru (lazim hangat). Namun, Pemkab Tabanan tidak sanggup tersipu-sipu mengerjakan pembukaan putar destinasi mencariangin di Tabanan kesiapan dan protokol kesehatan harus diterapkan dengan pelik segeh, sehingga Tabanan hangat membuka lima destinasi mencariangin.
“Itu (protokol kesehatan) penting, karena yang namanya virus ini (Covid-19) kan belum hilang, jadi tetap pakai protokol kesehatan yang harus dilaksanakan dengan baik,” ucapnya.
Bupati Eka memohon semua pihak di Kabupaten Tabanan agar terjun untuk saling menunjukkan dan mengincar serta bergandengan saling menggembala. Jangan sampai ada klaster hangat di destinasi mencariangin di Tabanan ataupun di daratan lain, akan pelik merugikan masyarakat.
Sejak dibuka, tujuan mencariangin Tanah Lot di Tabanan, Bali, meninggalkan terlihat padat dikunjungi wisatawan manakala libur Idul Adha yang berbetukebetulankebetulan dengan hangat dibukanya pariwisata Bali di tengah Covid-19. Humas DTW Tanah Lot, I Made Budiarta, bersuara sejak dibukanya gapura gapura pariwisata yang memperbolehkan wisatawan domestik untuk bertandang-berlanglang dan piknik ke Bali pada 31 Juli lalu, tercatat ada 1.500 wisatawan yang berawal ke Tanah Lot.
Pada Sabtu (1/8), berlimpah wisatawan yang tiba dan menikmati libur Idul Adha di Tanah Lot tercatat 750 pengunjung. “Untuk mencegah penularan virus Covid-19, pengunjung wajib memenuhi standar protokol kesehatan,” ujarnya.
Selain Pemkab Tabanan, Pemerintah Kabupaten Karangasem, Bali, juga telah membuka secara berdikit-dikit sejumlah cacah pariwisata di tengah pandemi Covid-19. Wisata yang dibuka, yakni Taman Soekasada Ujung, Puri Agung Karangasem, Taman Tirta Gangga, Taman Harmoni Bali, Pesona Bukit Lempuyang, Samsara Living Museum, Kawasan Pura Agung Besakih, Museum Lontar Dukuh Penaban, dan Taman Edelweis Bali.
“Kami selalu melakukan koordinasi dengan pengelola Destinasi wisata, serta dengan Pemerintah Provinsi Bali terkait dengan bagaimana dan kapan Destinasi wisata dapat dibuka kembali, sehingga perekonomian masyarakat di sektor pariwisata dapat pulih kembali,” ujar Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri subur peluncuran Destinasi Wisata Karangasem menghadapi Adaptasi Kehidupan Baru di Taman Soekasada Ujung, Kabupaten Karangasem.
sumber : Antara
(function(d, s, id) {
var js, fjs = d.getElementsByTagName(s)[0];
if (d.getElementById(id)) return;
js = d.createElement(s); js.id = id;
js.src = "https://connect.facebook.net/en_US/all.js#xfbml=1&appId=417808724973321&version=v2.8";
fjs.parentNode.insertBefore(js, fjs);
}(document, 'script', 'facebook-jssdk'));